Free Games Indonesia Gacor

Download Free Games Indonesia Gacor

Game

Daftar Game Live Service yang Dihentikan Kurang dari Satu Tahun

Free Games IDN –  Industri game telah mengalami perubahan besar dengan munculnya game live service. Model ini menuntut pengembang untuk terus menyediakan konten baru, memperbarui fitur, dan menjaga basis pemain tetap aktif. Namun, tak semua game live service berhasil bertahan lama. Beberapa di antaranya harus ditutup hanya dalam waktu kurang dari setahun setelah peluncuran. Berikut ini adalah beberapa contoh game live service yang gagal bertahan dan harus ditutup dengan cepat, beserta faktor-faktor yang memengaruhi penutupan mereka.

Daftar Game Live Service yang Dihentikan Kurang dari Satu Tahun

1. Babylon’s Fall – Eksperimen yang Gagal dari Square Enix

Babylon’s Fall adalah salah satu contoh kegagalan yang paling menonjol dalam industri game live service. Dikembangkan oleh PlatinumGames dan diterbitkan oleh Square Enix, game ini diharapkan menjadi salah satu judul besar di tahun 2022. Game ini memadukan elemen RPG dengan pertarungan hack-and-slash yang menjadi ciri khas PlatinumGames, namun pelaksanaannya jauh dari harapan pemain.

Babylon’s Fall diluncurkan pada Maret 2022, namun game ini segera dihadapkan dengan berbagai kritik. Masalah teknis, visual yang ketinggalan zaman, dan gameplay yang monoton membuat banyak pemain kecewa. Meskipun ada upaya dari pengembang untuk memperbaiki masalah tersebut, basis pemainnya terus menurun secara drastis. Hanya beberapa bulan setelah peluncuran, Square Enix mengumumkan bahwa game ini akan ditutup pada Februari 2023, kurang dari setahun setelah rilisnya.

2. Hyperscape – Battle Royale yang Tenggelam di Antara Persaingan

Hyperscape adalah game battle royale futuristik yang dirilis oleh Ubisoft pada Juli 2020. Game ini mencoba menghadirkan nuansa baru dalam genre battle royale dengan lingkungan urban yang vertikal dan tempo permainan yang sangat cepat. Namun, meskipun idenya cukup inovatif, Hyperscape mengalami kesulitan untuk menarik perhatian pemain dalam pasar yang sudah didominasi oleh game-game besar seperti Fortnite, Apex Legends, dan Call of Duty: Warzone.

Meskipun Ubisoft mencoba melakukan beberapa perubahan dan memperkenalkan konten baru, game ini gagal membangun basis pemain yang kuat. Kritik terhadap kurangnya inovasi yang berarti serta gameplay yang terlalu kompleks untuk pendatang baru turut berkontribusi pada penurunan popularitasnya. Pada April 2022, Ubisoft memutuskan untuk menutup server Hyperscape, hanya sekitar 9 bulan setelah peluncurannya Games Terbaru IDN.

3. LawBreakers – Harapan yang Gagal di Tangan Veteran Industri

Dikembangkan oleh Boss Key Productions, LawBreakers adalah game FPS berbasis tim yang dirilis pada Agustus 2017. Game ini dikembangkan oleh Cliff Bleszinski, salah satu tokoh terkemuka di industri game yang dikenal atas karyanya pada Gears of War. Mengusung mekanik gravitasi yang unik dan tempo permainan yang cepat, LawBreakers diharapkan bisa bersaing dengan game seperti Overwatch yang saat itu sedang sangat populer.

Namun, meskipun memiliki potensi besar, LawBreakers gagal menarik perhatian pasar. Salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan ini adalah peluncuran yang kurang sukses dan kesulitan game ini dalam membedakan dirinya dari pesaing. Kurangnya promosi yang efektif dan keputusan untuk merilis game secara eksklusif di platform PC dan PlayStation, mengesampingkan Xbox, juga dinilai sebagai salah satu faktor kegagalannya. Pada September 2018, kurang dari setahun setelah peluncuran, Boss Key Productions menghentikan layanan LawBreakers.

4. Crucible – Ambisi Amazon yang Tak Terwujud

Crucible adalah game hero shooter yang dikembangkan oleh Relentless Studios dan diterbitkan oleh Amazon Games. Dirilis pada Mei 2020, game ini menampilkan karakter-karakter unik dengan kemampuan spesial, mengombinasikan elemen MOBA dan third-person shooter. Crucible seharusnya menjadi salah satu langkah besar Amazon untuk masuk ke industri game, namun sayangnya game ini gagal memenuhi harapan.

Masalah besar yang dihadapi Crucible adalah kurangnya polesan dan arah yang jelas. Banyak pemain merasa bahwa game ini terlalu rumit dan tidak memiliki daya tarik yang cukup untuk membuat mereka bertahan. Bahkan setelah beberapa upaya untuk memperbaiki dan memperbarui game, Amazon akhirnya memutuskan untuk menarik Crucible kembali ke tahap beta pada Juli 2020. Pada Oktober di tahun yang sama, hanya lima bulan setelah peluncurannya, Amazon resmi menghentikan pengembangan game ini dan menutup servernya.

5. Battleborn – Terkalahkan oleh Raksasa

Battleborn, yang dikembangkan oleh Gearbox Software dan diterbitkan oleh 2K Games, adalah game MOBA-FPS hybrid yang dirilis pada Mei 2016. Battleborn mengombinasikan elemen hero shooter dengan mekanik MOBA, di mana pemain dapat memilih dari berbagai karakter dengan kemampuan unik untuk bertarung dalam pertempuran tim. Meskipun memiliki konsep yang menarik, game ini dirilis pada waktu yang sangat tidak menguntungkan, tepat di sekitar peluncuran Overwatch dari Blizzard.

Dengan popularitas Overwatch yang meroket, Battleborn kesulitan mendapatkan perhatian. Meskipun Gearbox berupaya keras memperbarui dan menambahkan konten baru ke dalam game, Battleborn tidak dapat bersaing dengan Overwatch. Pada Januari 2021, server game ini ditutup secara resmi, meskipun game tersebut sudah menjadi free-to-play sejak 2017. Penutupan ini menandai berakhirnya perjalanan Battleborn yang gagal bersaing dalam genre yang sama dengan Overwatch.

Baca Juga : Perbandingan Game Until Dawn 2015 dan 2024: Apa yang Berbeda?

6. Magic: Legends – Crossover yang Tak Berhasil

Magic: Legends adalah game action RPG berbasis semesta Magic: The Gathering, salah satu permainan kartu koleksi paling populer di dunia. Games Android IDN  ini dikembangkan oleh Cryptic Studios dan dirilis sebagai open beta pada Maret 2021. Magic: Legends memadukan elemen permainan kartu dengan mekanik hack-and-slash ala Diablo, yang pada awalnya menarik perhatian banyak penggemar.

Sayangnya, Magic: Legends menerima kritik karena model monetisasi yang buruk, antarmuka yang rumit, dan optimisasi yang buruk. Meskipun memiliki potensi dengan lisensi besar di belakangnya, game ini tidak mampu mempertahankan pemain dan basis penggemarnya dengan baik. Pada Juni 2021, hanya tiga bulan setelah open beta-nya, Cryptic Studios mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pengembangan game ini, dan pada Oktober 2021, server game resmi ditutup.

7. Marvel’s Avengers – Superhero yang Kehilangan Arah

Marvel’s Avengers adalah game aksi petualangan dengan elemen live service yang dikembangkan oleh Crystal Dynamics dan diterbitkan oleh Square Enix. Meskipun pada awalnya diantisipasi sebagai salah satu game terbesar di tahun 2020, Marvel’s Avengers justru menghadapi berbagai masalah setelah peluncurannya. Meskipun menampilkan karakter-karakter ikonik dari Marvel, seperti Iron Man, Thor, dan Captain America, game ini tidak mampu memenuhi ekspektasi penggemar.

Kritik terhadap Marvel’s Avengers datang dari berbagai aspek, mulai dari bug yang mengganggu, konten yang terasa repetitif, hingga model live service yang dinilai tidak ramah terhadap pemain. Meskipun pengembang terus menambahkan konten dan memperbaiki game, jumlah pemain aktif terus menurun secara drastis. Square Enix akhirnya mengumumkan bahwa dukungan terhadap game ini akan dihentikan, dan server game ini direncanakan akan ditutup pada 2023, hanya sekitar setahun lebih setelah peluncurannya.

8. Rocket Arena – Game Shooter yang Tak Menyala

Rocket Arena adalah game 3v3 shooter yang dikembangkan oleh Final Strike Games dan diterbitkan oleh Electronic Arts. Diluncurkan pada Juli 2020, game ini menghadirkan pertarungan tim dengan berbagai karakter unik yang menggunakan roket sebagai senjata utama. Meskipun konsep ini terdengar menyenangkan, Rocket Arena mengalami kesulitan untuk membangun basis pemain yang solid.

Salah satu masalah utama Rocket Arena adalah peluncurannya yang tidak terencana dengan baik. Game ini dibanderol dengan harga premium saat pertama kali rilis, yang membuat banyak pemain enggan untuk mencobanya. Selain itu, kurangnya konten yang menarik dan variasi gameplay juga membuat banyak pemain cepat bosan. Hanya dalam waktu beberapa bulan setelah peluncurannya, game ini beralih menjadi free-to-play, namun itu tidak cukup untuk menyelamatkannya. Pada tahun 2021, server Rocket Arena ditutup kurang dari setahun setelah peluncurannya.

Game-game di atas menunjukkan bahwa meskipun memiliki konsep yang menarik dan pengembang yang berpengalaman, model live service tidak menjamin kesuksesan. Kompetisi yang ketat, kurangnya inovasi, dan manajemen yang buruk dapat dengan cepat mengubah harapan besar menjadi kegagalan. Bagi pengembang game, penting untuk belajar dari kegagalan-kegagalan ini dan memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh para pemain dalam game live service.

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *